Jumat, 31 Oktober 2014

Model Biopsikososial-Religius dan Model Ekosistem (HBSE)



MODEL BIOLOGI, PSIKOLOGI, SOSIAL, RELIGIUS & EKOSISTEM
            Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Setiap manusia memiliki perbedaan perilaku yang disebabkan karena adanya perbedaan kemampuan, perbedaan kebutuhan, dan lingkungan yang berbeda dalam mempengaruhinya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa manusia merupakan makhluk yang khas yang memiliki berbagai potensi yang dapat memengaruhi perilaku mereka. Perilaku manusia dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti aspek biologis, psikologis, sosial, spiritual dan ekosistem. Dari seluruh aspek tersebut memiliki korelasi anatara yang satu dengan yang lainnya.
A.      Model Biologi
Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Pentingnya kita memperhatikan pengaruh biologis terhadap perilaku manusia seperti tampak dalam dua hal berikut.
1.        Telah diakui secara meluas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia, dan bukan pengaruh lingkungan atau situasi.
2.        Diakui pula adanya faktor-faktor biologis yang mendorong perilaku manusia, yang lazim disebut sebagai motif biologis. Yang paling penting dari motif biologis adalah kebutuhan makan-minum dan istirahat, kebutuhan seksual, dan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya.
Warisan biologis mempengaruhi kehidupan manusia dan setiap manusia mempunyai warisan biologis yang unik, berbeda dari orang lain. Artinya tidak ada seorang pun di dunia ini yang mempunyai karakteristik fisik yang sama persis dengan orang lain, bahkan anak kembar sekalipun. Faktor keturunan berpengaruh terhadap keramah-tamahan, perilaku kompulsif (terpaksa dilakukan), dan kemudahan dalam membentuk kepemimpinan, pengendalian diri, dorongan hati, sikap, dan minat. Warisan biologis yang terpenting terletak pada perbedaan intelegensi dan kematangan biologis. Keadaan ini membawa pengaruh pada kepribadian seseorang. Tetapi banyak ilmuwan berpendapat bahwa perkembangan potensi warisan biologis dipengaruhi oleh pengalaman sosial seseorang. Bakat memerlukan anjuran, pengajaran, dan latihan untuk mengembangkan diri melalui kehidupan bersama dengan manusia lainnya.



a.         Faktor Genetik atau Faktor Endogen
     Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam diri individu (endogen), antara lain:
1.    Jenis Ras
                        Setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik saling berbeda satu dengan yang lainnya. Tiga kelompok ras terbesar, yaitu:
1)        Ras kulit putih atau ras Kaukasia.
Ciri-ciri fisik                     : Warna kulit putih, bermata biru, berambut                                                           pirang.
Perilaku yang dominan    : Terbuka, senang akan kemajuan, dan                                                                  menjunjung tinggi hak asasi manusia.
2)        Ras kulit hitam atau ras Negroid.
Ciri-ciri fisik                     : Berkulit hitam, berambut keriting, dan bermata                                                  hitam.
Perilaku yang dominan    : Keramah tamahan, suka gotong royong,                                                             tertutup, dan senang dengan upacara ritual.
3)        Ras kulit kuning atau ras Mongoloid
Ciri-ciri fisik                     : Berkulit kuning, berambut hitam lurus, dan                                                         bertubuh lebih pendek atau kecil dibanding ras                                                         Kukasoid
2.    Jenis Kelamin
            Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku pada pria di sebut maskulin sedangkan perilaku wanita di sebut feminim.
3.    Sifat Fisik
            Kalau kita amati perilaku individu berbeda-beda karena sifat fisiknya, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus.
4.    Intelegensi
            Menurut Terman intelegensi adalah “kemampuan untuk berfikir abstrak” (Sukardi, 1997). Sedangkan Ebbieghous mendefenisikan intelegensi adalah “kemampuan untuk membuat kombinasi” (Notoatmodjo, 1997). Dari batasan tersebut dapat dikatakan bahwa intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu. Oleh karena itu, kita kenal ada individu yang intelegen, yaitu individu yang dalam mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan mudah. Sebaliknya bagi individu yang memiliki intelegensi rendah dalam mengambil keputusan akan bertindak lambat.
            Contoh perilaku yang dipengaruhi model biologis adalah seseorang yang dilahirkan sebagai seorang laki-laki maka akan berprilaku seperti laki-laki, mislanya Ali adalah seorang laki-laki, dia memiliki hobby futsal dan senang terhadap perempuan. Ali juga akan berprilaku lebih ke arah maskulin dari pada feminim.

B.       Model Psikologi
            Dalam Psikologi dikenal empat teoti tentang manusia, yaitu Psikoanalisis, Behaviorisme, Psikologi Kognitif, dan Psikologi Humanistik. Dalam psikoanalisis, perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (Id), komponen psikologis (Ego), dan komponen sosial (Super ego). Id berisi dorongan-dorongan biologis yang bermuara pada pencapaian kesenangan. Ego bergerak atas prinsip realitas yang membawa kita pada kenyataan. Super ego berisi hati nurani yang berlaku sebagai polisis kepribadian. Sementara itu Behaviorisme menyataan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh peneguhan (reinforcement), tindakannya atas ganjaran dan hukuman (reward and punisment). Sementara kemampuan potensialnya untuk berperilaku didapatkan melalui peniruan (imitation) dalam proses belajar (social learning). Selanjutnya Psikologi Kognitif melihat manusia sebagai makhluk yang selalu berpikir karena ia berusaha memahami lingkungannya. Sedangkan Psikologi Humanistik mendasarkan pandangannya atas dasar asumsi keunikan manusia, pentingnya nilai dan makna.
            Psikoanalis menjelaskan bahwa perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (Id), komponen psikologis (Ego), dan komponen sosial (Super ego), contohnya Ali adalah seorang mahasiswa yang merantau karena uang yang dikirim orang tuanya belum tentu cukup untuk membiayai hidupnya selama satu bulan maka Ali harus berhemat, ketika di akhir bulan uang Ali mulai menipis tapi dia belum mendapat kiriman dari orang tuanya. Suatu hari, Ali merasa perutnya ingin makan lalu ia pergi mencari warung makan (Id) dan ia berniat ingin membeli ayam goreng tapi karena keadaan uangnya tidak memungkinkannya untuk membeli ayam goreng (Ego) maka Ali memutuskan untuk membeli gorengan (Super Ego). Maka dari itu, model psikologis sangat berpengaruh dalam pengendalian perilaku seseorang.

C.      Model Sosial
            Bagaimana kita memahami kebutuhan-kebutuhan ditentukan oleh masyarakat dan kebudayaan tempat kita tinggal. Sebagai akibatnya maka kita mengembangkan karakteristik-karakteristik yang serupa dengan orang-orang yang berasal dari latar belakang kebudayaan yang sama. Karakteristik-karakteristik ini berkembang didalam merespon hukum-hukum sosial yang diciptakan oleh masyarakat sebagai perwujudan dari keinginan untuk tetap mempertahankan eksistensinya. Menurut Aclis, kebudayaan memberikan kepada kita suatu “cetak biru perilaku” atau dengan perkataan lain kebudayaan memberikan pemolaan terhadap tingkah laku para anggotanya. Pemolaan ini terjadi pada beberapa tingkatan.
1.        Tingkatan Primer
     Tingkatan pemolaan pertama mungkin juga tingkatan yang paling penting adalah keluarga. Tugas utama keluarga adalah mentransfer kebudayaan kepada generasi muda yang baru. Semua tata kehidupan dan perilaku dalam kontek keluarga seperti kedudukan, ekspektasi peranan seseorang (ayah, ibu, anak, bibi, paman, ipar, dan semua anggota keluarga besar) ditetapkan oleh kebudayaan. Faktor-faktor lingkungan geografis, ekonomi, kependudukan, dan nilai sebagainya mempengaruhi pola-pola kehidupan keluarga.
2.        Tingkatan Indoktrinasi Kebudayaan Kedua
     Setelah seorang anak mulai menginjak remaja maka dia mulai memasuki pergaulan dengan teman-teman sebaya diluar keluarga. Sejak saat itu ia mulai merasakan adanya perbedaan-perbedaan antara keluarga dengan lingkungan pergaulan dalam kelompok sebayanya. Ia pun muali merasakan adanya konflik dan perlunya memilih cara-cara yang dianggapnya lebih baik. Kesukaran menentukan pilihan dapat diperberat oleh adanya proses internalisasi yang biasanya disertai dengan warna emosional yang mempengaruhi cara-cara berpikir dan bertindaknya yang telah menjadi atau membentuk kebiasaan yang dapat diterima oleh lingkungan keluarga atau lingkungan kelompok sebayanya dan juga telah menjadi bagian dari hidupnya.
3.        Tingkatan Indoktrinasi Ketiga
     Datang dari institusi-institusi yang dibentuk oleh masyarakat, sekolah, pemerintahan, dan lembaga-lembaga keagamaan mengajarkan kepada orang cara-cara bertingkah laku yang dianggap baik dan diterima. Selama masyarakat masih sederhana dan hanya terdiri dari satu kelompok kebudayaan, maka kebudayaan tidak terlampau sulit. Masyarakat berapapun besarnya cenderung semakin kompleks dan terdiri dari berbagai kelompok kebudayaan yang berbeda-beda, yang masing-masing memiliki sistem nilai, aturan-aturan dan standar tingkah lakunya sendiri. Seorang individu yang merupakan anggota kelompok kebudayaan kecil yang berada dalam kebudayaan masyarakat yang lebih besar, dalam beberpa hal harus dapat mengadaptasikan diri terhadap ekspektasi-ekspektasi dan tuntutan-tuntutan dari kebudayaan, yaitu kelompoknya dan kelompok kebudayaan yang lebih luas.
     Model sosial memang tak dapat dipungkiri sangat berpengaruh dalam pembentukan perilaku seseorang, misalnya Ali berteman dengan Anggi seorang mahasiswa berprestasi, karena pertemanan Ali dan Anggi sangat dekat, maka lambat laun Ali akan terpengatuh oleh Anggi yang rajin dan pintar.

D.      Model Religius
     Model religius adalah salah satu faktor pembentuk tingkah laku individu, yang mana pada saat seseorang mempercayai suatu kepercayaan, perilaku seseorang akan dikontrol oleh nilai-nilai, norma, dan aturan yang terdapat didalam kepercayaan tersebut. Didalam model religius terkandung harapan bahwa seseorang yang menganut suatu pandangan teologis tertentu akan mengikuti kebenaran dari ajaran-ajaran tertentu, yang mana didalamnya terdapat komitmen dan konsekuensi tertentu sehingga akan memunculkan tingkah laku tertentu dan pembentukan citra pribadinya. Dalam setiap kepercayaan selalu berisi mengenai hal-hal baik, sehingga seseorang mempercayai sesuatu akan menunjukkan perilaku baik.
     Melalui model religius diajarkan bahwa hidup adalah untuk memperoleh keselamatan sebagai tujuan utamanya. Karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut harus beribadah secara teratur dan terus menerus. Model religius yang ditanamkan kepada seseorang sejak kecil akan terus berpengaruh hingga dewasa, nilai-nilai moral yang ditanamkan terutama oleh orang tua akan berdampak pada perilaku yang dimunculkan oleh seseorang. Seorang akan mencoba melakukan hal-hal baik seperti yang diharapkan dalam kepercayaan dan menghindari bahkan membentuk suatu proteksi terhadap hal-hal yang tidak dikehendaki oleh kepercayaan. Sehingga model religius dapat berfungsi sebagai pengembangan kepribadian dan tingkah laku seseorang.
     Model religius dapat menjadi pengendali manusia dalam bertingkah laku di dalam masyarakat agar tetap sesuai dengan sistem nilai masyarakat di sekitarnya, namun karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan konsekuensi penting dalam suatu kepercayaan atau agama. Akibatnya masyarakat makin terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam menanggapi masalah kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekuler semakin meluas. Watak masyarakat sekuler tidak terlalu menanggapi suatu kepercayaan atau agama, termasuk ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terdapat didalamnya. Pada umumnya, kecenderungan sekulerisasi ini mempersempit dan membatasi ruang gerak kepercayaan dan keagamaan dalam hal-hal tertentu dan khusus saja. Sehingga sering kali perilaku yang dimunculkan oleh seorang individu tidak lagi berdasarkan ajaran dan nilai kepercayaan yang tentu saja berpengaruh dalam kehidupan sosial seseorang, karena perilaku yang dimunculkan bukanlah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat sehingga dianggap sebagai seseorang yang menyimpang dari ajaran agama.
     Contoh model religius terhadap perilaku seseorang adalah jika seseorang yang taat beribadah maka ia akan berprilaku baik dan sesuai dengan kepercayaan yang di anutnya misalnya Ali adalah seorang mahasiswa yang beragama islam, ia rajin mengerjakan sholat lima waktu, sedekah, membaca al-qur’an dan lain sebagainya, maka ia akan berprilaku baik, sopan dan tentunya pasti akan lebih terarah.

E.       Model Ekosistem
     Pembentukan tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional. Faktor situasional yang merupakan faktor penting dalam terbentuknya tingkah laku seseorang, salah satunya adalah model ekosistem. Gaya hidup dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana manusia hiudp yaitu apakah didaerah pesisir, pegunungan, atau daratan. Adanya perbedaan lokasi dimana tinggal dan berkembang akan menghasilkan perilaku yang berdeda. Perilaku manusia selain disebabkan faktor lingkungan juga disebabkan faktor internal. Artinya manusia dapat mempengaruhi lingkungan dan lingkungan dapat dipengaruhi manusia.
     Kamu determinisme lingkungan sering menyatakan bahwa keadaan mempengaruhi gaya hidup dan perilaku. Sebagian pandangan mereka telah diuji dalam berbagai penelitian, seperti efek temperatur pada tingkat kekerasan, perilaku interpersoanal, dan suasana emosional.
     Ekosistem itu sendiri terdiri dari keadaan geografis, iklim, fauna, dan flora, misalnya penduduk yang hidup di dekat sungai yang banyak ikan maka perilaku yang fungsional dan diperkuat adalah mencari ikan uang efektif, cara itu dikomunikasikan kepada sesama anggota, kemudian menjadi kebiasaan kelompok atau menjadi budaya didaerah tersebut. Dengan demikian, ekosistem berperan dalam membentuk tingkah laku dan budaya, yang mana setiap daerah dengan ekosistem yang berbeda akan memiliki tingkah laku yang berbeda.
     Model ekosistem secara khusus membentuk cara pandang anggota terhadap lingkungannya dan membentuk budaya. Budaya itulah yang meliputi suatu peristiwa dan diberi nama, dihubungkan dengan kategori yang lain, dengan norma, atauran, konsep diri, dan nilai. Jika aspek tersebut dipakai bersama angota yang lain maka ia menjadi budaya, tetapi ketika tetap menjadi milik individu maka ia menjadi kepribadian. Kebudayaan dan kepribadian berhubungan dengan perilaku.
     Ekosistem masyarakat pertanian misalnya, membentuk kebersamaan. Seseorang yang tidak mau mengikuti aturan bersama akan tersisih dan tidak dapat survive. Akhirnya, sosialisasi budaya pertanian lebih menekankan pada ketergantungan, tanggung jawab, dan konformitas. Sosialisasi itu membentuk jenis kepribadian tertentu yang akan berpengaruh pada perilaku sosial orang itu. Sehingga, ekosistem menciptakan kondisi untuk membentuk  kepribadian yang menentukan pola perilaku.
     Contoh model ekosistem dapat mempengaruhi perilaku seseorang adalah orang yang tinggal di pesisir pantai dengan orang yang tinggal di daerah pegunungan akan memiliki perbedaan dalam berprilaku, misalnya orang yang tinggal dipesisir pantai terbiasa dengan gaya bicara yang keras karena kebiasaan itu maka akan menjadikan orang yang tinggal di pesisir pantai berbicara seperti berteriak.










DAFTAR PUSTAKA
http://syahnova.blogspot.com/2013/09/mempengaruhi-sikap-dan-perilaku.html diakses pada                                                               tangga l 3 September 2014
Achlis. 1995. Studi Perilaku dan Lingkungan Sosial Manusia. Bandung: Koperasi Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar